Kegiatan Mooring ini dilakukan oleh Mualim satu (untuk muka kapal/ forward station) dan Mualim dua (untuk stasiun belakang/ aft station); Namun, hal ini bervariasi di antara perusahaan-perusahaan dimana kadang-kadang Mualim tiga bertugas di muka sehingga Mualim satu mungkin bersama Nakhoda di bridge untuk mengasah kemampuannya berkaitan dengan olah gerak kapal ketika kapal sedang ingin sandar atau cast off.
Potensi penghasilan utama kapal kargo diuji tidak hanya dengan pengangkutan barang yang aman saat berada di laut lepas namun juga dilihat dari waktu penyelesaian kapal sewaktu di pelabuhan. Seperti yang kita ketahui bahwa penanganan kargo itu sendiri adalah poin utama dalam menilai efisiensi operasi, Proses Mooring juga merupakan bagian integral untuk memastikan agar proses tersebut nantinya berjalan lancar.
Pengoperasian kargo kapal di pelabuhan yang efisien adalah suatu hal yang diharapkan setiap operator kapal dari kru deknya. Operasi pertama dan terpenting dilakukan oleh awak kapal saat kapal mencapai pelabuhan adalah operasi Mooring yang juga merupakan salah satu pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di kapal.
Apa yang Membuat Operasi Mooring Berbahaya?
Ada beberapa kasus yang dilaporkan di masa lalu tentang kecelakaan selama operasi Mooring yang telah menyebabkan luka parah atau kematian pelaut. Tali tambat / kawat yang dipasang di kapal bukanlah tali biasa pada umumnya dan jika tidak waspada saat menanganinya bukanlah mustahil kemungkinan cedera bahkan kematian bisa terjadi dan dapat pula menyebabkan kerusakan parah pada kapal.
Area Mooring di kapal terdiri dari bagian depan dan belakang sebuah kapal pada tempat winch dipasang untuk menarik tali dari Tug Boat atau dari dermaga.
Area Mooring dilengkapi dengan beberapa peralatan dan sistem seperti winch/derek, motor hidrolik, bollards, jangkar rantai, dll. Semua bagian ini bekerja bersamaan untuk memastikan tidak ada kerusakan pada saat pengoperasian dilakukan.
Faktor berikut membuat area Mooring dan pengoperasiannya ini berbahaya:
- Penggunaan wire dan tali yang sudah tua dan rusak yang tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk menahan kapal di tempat serta kemungkinan menyebabkan kecelakaan pada kru (goyah, tali yang lemah bisa tersangkut / terjebak di winch setiap saat)
- Area Mooring yang tidak jelas dengan tali dan peralatan yang tidak terpakai memiliki banyak bahaya seperti kebingungan berkenaan dengan daerah yang memiliki tingkat bahaya lebih tinggi daripada yang lain.
- Tali tambat tidak diikat tapi disimpan di ujung drum winch
- Peralatan Mooring tidak dipelihara dengan baik; Seperti peralatan lainnya, pemeliharaan peralatan mooring sangat penting untuk keamannya
- Staf operasi yang tidak terlatih; mooring kapal berkaitan dengan penanganan kapal dan tentu saja staf kapal yang tidak fasih dengan itu tidak akan dapat memperkirakan bahaya yang berkaitan secara menyeluruh.
- Suvervisor yang bertanggung jawab malah terlibat dengan beberapa pekerjaan lain dikarenakan jumlah awak yang sedikit; Seperti disebutkan sebelumnya, tali kapal ini besar dan berat serta tenaga terampil memadai diharuskan menangani operasi ini. Bukan setiap orang bisa memahami tali mana yang harus diproses berdasarkan komando dari Nakhoda di anjungan.
- Cet daerah Mooring yang buruk dengan semua permukaan dan peralatan yang dicet dengan warna yang sama tidak menonjolkan perbedaan warna terhadap area berbahaya dan potensi tersandung. Topik 'zona snapback' telah menjadi topik hangat akhir-akhir ini untuk memastikan area berbahaya yang berkaitan dengan Mooring harus di cet dengan warna yang menonjol sehingga semua orang mengerti bahaya yang terkait dengannya.
- Cet terkena tali termasuk salah satu yang menyebabkan kerusakan tali. Tali terbuat dari serat nabati; Mencet drum beserta tali bisa menyebabkannya tersangkut saat ingin digunakan atau mengeras sehingga mengurangi keefektifannya.
- Tidak ada tanda peringatan yang dicat.
- Dek non-slip tidak tersedia.
- Kru tidak sadar akan Zona Snap Back.
- Kru tidak sadar akan bahaya lilitan tali. Disaat operasi mooring sedang dilakukan, wajar bila melupakan banyak aspek berkenaan dengan bahaya dan keselamatan, karena mereka berusaha untuk terus melakukan operasi yang cepat dan efesien, sehingga mungkin lupa bahwa mereka seharusnya tidak boleh berdiri di mata tali, lilitan tali, atau di atas tali. Budaya keselamatan yang ketat harus selalu ada di mindset agar awak kapal selalu ingat bahwa keselamatan diatas segalanya.
- Personal Protective Equipment tidak digunakan. Seperti semua tugas lainnya di kapal, PPE harus selalu digunakan setiap saat
- Tali dan metal line digabung langsung tanpa menggunakan thimble yang bisa mengakibatkan talinya kalah kuat dan putus.
- Inspeksi tali dan pengujian mesin mooring winch tidak dilakukan secara teratur
- Tali tidak diatur pada drum jenis terpisah dengan benar. Drum yang lebih kecil harus memiliki 4-5 putaran saja dan sisanya harus pada drum yang lebih besar.
- Awak harus sadar di mana dia berdiri saat menangani tali atau saat berada di dekat tali. Harus berulang kali diketahui bahwa jangan mengganggap hal ini hal yang remeh hanya diakrenakan berdiri di lilitan tali, ini memang kelengahan terkecil yang bisa menyebabkan kita kehilangan nyawa.
- Suvervisor harus berkonsentrasi pada tindakan kru dan tidak melibatkan dirinya dalam operasi dan membantu pekerjaan. Sebagai petugas yang bertanggung jawab atas keseluruhan operasi, ia harus memastikan bahwa dia mengawasi operasi moooring yang aman dan melaksanakan perintah Nakhoda dengan baik. Kecuali dalam situasi kritis, jika pada ondisi biasa saja suvervisor ini ikut bekerja malah akan menambah resiko kecelakaan karena mereka bertugas dan bertanggung jawab atas pengawasan kru.
- Kru yang tidak berpengalaman seperti kadet dan kru baru harus di bawah pengawasan untuk menangani tali. Kadet dan trainee OS berada di atas kapal untuk mengambil keterampilan yang diperlukan dan seharusnya tidak disarankan mereka menjadi bagian dari tim yang benar-benar memahami aspek keselamatan saat mooring. Jika dibutuhkan untuk melakukan begitu untuk sekali-kali, hal itu harus dilakukan dengan kewaspadaan ketat yang dapat diawasi.
- Hanya kru yang dibutuhkan yang harus hadir di stasiun mooring. Sudah sering terlihat bahwa orang-orang yang tidak terlibat dalam operasi tersebut (awak mesin atau orang yang datang di dek) mengunjungi area operasi mooring tsb. Dengan demikian, pemberitahuan harus ditempatkan untuk entri terbatas. Dengan adanya wire dan tali pada saat bersamaan, obrolan di VHF untuk menyampaikan komando harus memerlukan ruang kerja lapang yang bebas dari personil yang tidak diperlukan, untuk keselamatan operasi ini dan juga kru.
- Jumlah personil dek yang hadir di mooring station harus cukup untuk melakukan operasi dengan lancar. Kekurangan orang selama mooring adalah masalah besar karena pekerjaan meningkat secara eksponensial pada beberapa kru yang hadir. Ini adalah operasi yang membutuhkan kekuatan fisik juga, oleh karena itu sebaiknya harus memiliki orang yang memadai untuk melaksanakannya
0 comments:
Post a Comment