Penjelasan Umum Apa Itu AIS / Automatic Identification System

AIS (Automatic Identification System) sering kali membingungkan untuk dicerna, dengan banyak pertanyaan muncul seperti "apa itu AIS?", "Mengapa kita membutuhkannya?", Dan "tipe AIS apa yang kita butuhkan dikapal? "

Automatic Identification System (AIS) adalah sistem pelacakan otomatis yang menampilkan kapal lain di sekitarnya. Ini adalah sistem siaran transponder yang beroperasi di mobile band maritimVHF. Kapal kita sendiri juga akan terlihat di layar kapal lain di sekitarnya, asalkan kapal Anda dilengkapi dengan AIS. Jika AIS tidak dipasang atau tidak dinyalakan, tidak akan ada pertukaran informasi mengenai kapal melalui AIS. AIS harus selalu dihidupkan kecuali Nahkoda menganggap bahwa ia harus dimatikan untuk alasan keamanan atau hal lainnya. Modus kerja AIS bersifat kontinu dan otonom.

Kenapa AIS dibutuhkan?

AIS dipasang di kapal untuk identifikasi kapal lain dan tanda navigasi. Namun, ini hanyalah semata-mata bantuan untuk navigasi dan tidak boleh digunakan untuk menghindari tabrakan. Vessel Traffic Services (VTS) di darat menggunakan AIS untuk mengidentifikasi, mencari dan memantau kapal. Terusan Panama menggunakan AIS juga untuk memberikan informasi tentang hujan di sepanjang kanal serta angin di Lock.


Persyaratan SOLAS

Konvensi IMO untuk the Safety Of Life At Sea (SOLAS) Peraturan V / 19.2.4 mewajibkan semua kapal berkapasitas 300 GT dan lebih tinggi yang melakukan pelayaran internasional dan semua kapal penumpang terlepas dari ukurannya untuk dilengkapi dan membawa AIS diatas kapal.

Jenis AIS

  1. Class A: Diharuskan untuk semua kapal 300 GT dan di atasnya terlibat dalam pelayaran internasional serta semua kapal penumpang
  2. Class B: Menyediakan fungsionalitas terbatas dan ditujukan untuk kapal non SOLAS. Terutama digunakan untuk kapal seperti pleasure craft
AIS beroperasi terutama pada dua frekuensi khusus atau channel VHF:
  • AIS 1: Bekerja pada 161.975 MHz - Saluran 87B (Simplex, untuk dikirim ke kapal)
  • AIS 2: 162.025 MHz- Saluran 88B (Duplex untuk dikirim ke darat)
Menggunakan teknologi Self Organizing Time Division Multiple Access (STDMA) untuk memenuhi tingkat siaran yang tinggi. Frekuensi ini memiliki batasan garis penglihatan yang sekitar 40 mil atau lebih.

Cara Kerja

Bagaimana cara kerja AIS? Bagaimana kita mendapatkan semua data ini?
Awalnya, AIS digunakan secara terrestrial, artinya sinyal dikirim dari kapal ke darat, dan memiliki jarak tempuh sekitar 20 mil (juga memperhitungkan kelengkungan bumi). Saat kapal mulai berlayar lebih jauh dan jauh dari darat, mereka mulai mengirim sinyal ke satelit orbit rendah, yang kemudian menyampaikan informasi kembali ke darat. Ini berarti kapal bisa berlayar sejauh yang mereka suka, dan kita bisa mengetahui dengan tepat di mana mereka berada, dan bagaimana keadaan mereka.
Sistem AIS terdiri dari satu pemancar VHF, dua penerima TDMA VHF, satu penerima DSC VHF, dan sebuah link komunikasi elektronik standar maritim ke layar kapal dan sistem sensor. Informasi posisi dan waktu biasanya berasal dari penerima GPS integral atau eksternal. Informasi lain yang disiarkan oleh AIS diperoleh secara elektronik dari peralatan kapal melalui koneksi data standar.

Meskipun hanya satu saluran yang diperlukan, setiap stasiun mentransmisikan dan menerima lebih dari dua saluran radio untuk menghindari gangguan dan untuk menghindari kehilangan komunikasi dari kapal. Sebuah laporan posisi dari satu stasiun AIS sesuai dengan salah satu dari 2250 slot waktu yang ditetapkan setiap 60 detik. Stasiun AIS terus menyinkronkan diri mereka satu sama lain, untuk menghindari tumpang tindih transmisi slot.

Ini cukup mudah dipasang juga, karena AIS umumnya terintegrasi dengan sistem di anjungan kapal atau display multifungsi.

Data yang ditransmisi

1. Informasi Static(Setiap 6 menit dan berdasarkan permintaan):
  • MMSI number
  • IMO number
  • Name and Call Sign
  • Length and Beam
  • Type of ship
  • Location of position fixing antenna
2. Informasi Dynamic (Bergantung pada kecepatan dan perubahan haluan)
  • Ship’s position with accuracy indication
  • Position time stamp (in UTC)
  • Course Over Ground (COG)
3. Voyage Related Information (etiap 6 menit, bila data diubah, atau berdasarkan permintaan)
  • Ship’s draught
  • Type of cargo
  • Destination and ETA
  • Route plan (Waypoints)
4. Pesan pendek terkait keselamatan
  • Pesan text yang ditujukan kepada kapal atau beberapa kapal lain atau kepada seluruh penerima di daerah tersebut yang dapat mengenai buoy yang hilang, bongkahan es terapung yang terliat atau pesan keselamatan lainnya.

AIS sebagai alat pemantau atau pengawas

Di perairan pantai, otoritas tepi pantai dapat membuat stasiun AIS otomatis untuk memantau pergerakan kapal melalui daerah tersebut. Stasiun pantai juga dapat menggunakan saluran AIS untuk transmisi dari pantai ke kapal, untuk mengirim informasi mengenai pasang surut air laut, NTM dan kondisi cuaca yang ada. Stasiun pantai dapat menggunakan AIS untuk memantau pergerakan kargo berbahaya dan mengendalikan operasi penangkapan ikan komersial di perairan mereka. AIS juga dapat digunakan untuk operasi SAR yang memungkinkan otoritas SAR menggunakan informasi AIS untuk menilai ketersediaan kapal lain di sekitar kejadian tersebut.

AIS sebagai bantuan penghindaran tabrakan

AIS berkontribusi secara signifikan terhadap keamanan navigasi. Semua informasi yang dikirimkan dan diterima meningkatkan efektivitas navigasi dan dapat sangat meningkatkan kesadaran situasional dan proses pengambilan keputusan. Sebagai asisten untuk perwira jaga dalam pelacakan dan pemantauan target oleh AIS serta menentukan informasi tentang CPA dan TCPA pastinya ini dapat menambahkan nilai yang besar untuk keselamatan navigasi secara keseluruhan. Namun, pengguna seharusnya tidak hanya mengandalkan informasi dari AIS untuk menghindari tabrakan. AIS hanyalah sumber informasi tambahan untuk OOW dan hanya mendukung dalam proses menavigasi kapal. AIS tidak pernah bisa menggantikan keahlian perwira jaga di anjungan, jadi keputusan diambil dengan berbagai pertimbangan berdasarkan situasi dan aturan.

Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penjelasan Singkat Mengenai Apa itu GMDSS

Pengenalan mengenai GMDSS

Selama abad ke-18, kapal-kapal yang berlayar di perairan internasional dan pesisir bergantung pada kode Morse untuk mengirimkan sinyal bahaya kepada otoritas di darat atau kapal di sekitar tempat kejadian saat keadaan darurat. Karena pengiriman informasi itu menggunakan suara atau cahaya, pesan semacam ini tidak pernah cukup jelas untuk memahami keadaan darurat apa yang ada di kapal. Oleh karena itu, prosedur keselamatan yang disepakati secara internasional diadopsi oleh IMO di bawah SOLAS bab IV yang dikenal sebagai GMDSS - Global Maritime Distress Safety System

GMDSS dan Kegunaannya

Pada tanggal 1 Februari 1999, GMDSS yang diterapkan sepenuhnya mulai diterapkan. Itu adalah standar yang ditetapkan untuk penggunaan protokol komunikasi, prosedur dan peralatan keselamatan yang akan digunakan pada saat situasi genting oleh kapal. Di bawah aturan GMDSS, semua kapal penumpang dan kapal kargo di atas 300 GT yang terlibat dalam pelayaran di perairan internasional harus membawa peralatan sesuai dengan GMDSS.



Ketika sebuah kapal menggunakan GMDSS, pada dasarnya mengirimkan sinyal marabahaya melalui peralatan komunikasi satelit atau radio. Ianya juga digunakan sebagai media untuk mengirim atau menerima informasi keselamatan maritim dan saluran komunikasi umum antar kapal.
Dalam kerangka GMDSS, ada Daerah Laut yang berbeda untuk mengalokasikan peralatan kerja di wilayah bersangkutan. yang mana adalah sebagai berikut:


AREA JARAK PERALATAN
A1 20 s/d 50 M VHF DSC
A2 50 s/d 400 M VHF + MF
A3 70° N s/d 70° S VHF + MF + One INMARSAT
A4 Diatas 70° N/ S HF + MF + VHF


Untuk memahami tabel di atas lebih lanjut, berikut adalah rentang jarak yang berkaitan dengan frekuensi pada band tertentu:
  1. Medium Frequencies: 300 KHz s/d 3 MHz
  2. High Frequencies: 3 MHz s/d 30 MHz
  3. Very High Frequencies: 30 MHz to 300 MHz

Very High Frequencies (VHF)

Untuk keperluan komunikasi maritim, kisaran 156 MHz sampai 174 MHz dialokasikan. Saluran 16, yang ditetapkan pada 156.800 MHz, ditujukan untuk komunikasi Distress, Urgency and Safety. Saluran 70, atur pada 156.525 MHz, jika untuk VHF DSC (Digital Selective Calling) rutin.
Saluran GUARD ditetapkan di atas dan di bawah Saluran 16 untuk menghindari gangguan pada Saluran 16. Kita tidak dapat menggunakan Saluran 16 terkait komunikasi lainnya selain dari Distress, keamanan dan urgensi. Jadi frekuensi saluran Guard adalah 156,775 MHz dan 156,825 MHz.
Antara lain, rangkaian VHF berjalan pada suplai DC 24 Volt dengan jenis transmisi J3E untuk jenis transmisi Radiotelephony dan G2B untuk VHF DSC.

Berbagai elemen GMDSS adalah sebagai berikut:

  1. INMARSAT:  Ini adalah sistem operasi satelit yang mencakup terminal stasiun darat untuk kapal - Inmarsat B, C dan F77. Ianya menyediakan layanan telex, telepon dan transfer data antara kapal ke kapal, kapal ke pantai, dan pantai untuk dikirim bersama dengan layanan telex dan telepon prioritas yang terhubung ke pusat penyelamatan pantai.
  2. NAVTEX: NAVTEX adalah sistem otomatis yang diadopsi secara internasional yang digunakan untuk mendistribusikan informasi keselamatan maritim (MSI), dan mencakup ramalan cuaca dan peringatan cuaca, peringatan navigasi, pemberitahuan pencarian dan penyelamatan dan informasi keselamatan serupa lainnya.
  3. Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB): EPIRB adalah alat untuk membantu menentukan posisi korban selamat selama operasi SAR. Ini adalah salah satu alat yang mentransmisikan koordinat untuk penentuan posisi kecelakaan berlangsung. 
  4. Search and Rescue Locating Equipment: Terutamanya adalah alat yang disebut SART Search And Rescue Radar Transponder. Alat ini digunakan sama seperti EPIRB fungsinya, tetapi berbeda dengan EPIRB yang memancarkan langsung ke satelit indikasi posisinya tetapi SART ini memancarkan frequensi yang bisa ditangkap oleh radar seperti prekuensi Suar beacon yang tertangkap RADAR.
  5. Digital Selective Calling (DSC): Ini adalah layanan panggilan antar kapal ke kapal, dikirim ke darat atau sebaliknya untuk informasi keselamatan dan kegeningan yang memerlukan bantuan segera yang ditranmisikan pada frekuensi tinggi atau sedang dan radio maritim VHF.

Dokumen yang harus dibawa diatas kapal berkaitan dengan GMDSS:

  1. Ship’s Radio License
  2. Radio Operators Certificates
  3. Safety Radio Certificate
  4. GMDSS Radio Log Book
  5. ITU List of Cell Signs and Numerical Identities of Stations used by Maritime Mobile and Maritime Mobile Satellite Services
  6. ITU List of Coast Stations
  7. ITU List of Ship Stations
  8. ITU List of Radio determination and Special Service Stations
  9. Antenna Rigging Plan
  10. Valid Shore Based Maintenance Certificate

Pelatihan GMDSS

Penanganan peralatan GMDSS memerlukan pelatihan bersertifikat dan juga perizinan dari departemen Telekomunikasi. Memiliki Sertifikat Operator Umum (ORU / GOC) adalah suatu keharusan agar perwira diizinkan menangani peralatan GMDSS di atas kapal.
Untuk mendapatkan GOC ini, kursus singkat wajib diikuti serta mengikuti ujian yang dilakukan (tertulis dan lisan), dan harus sampai lulus baru bisa mendapatkan sertifikat tersebut. Pelatihan ini biasanya dijalani oleh Kadet yang seharusnya nanti menjadi perwira operator radio berlisensi untuk mengoperasikan semua peralatan bersamaan dengan peraturan yang ditetapkan untuk GMDSS.
Periode pelatihan sekitar 12 hari dan karena kursus itu bersifat wajib, disarankan untuk menghubungi lembaga yang telah disetujui untuk mendaftar terlebih dahulu. Bergantung pada negara mana individu itu berasal, mereka harus memeriksa situs web lembaga masing-masing serta situs Kementerian Komunikasi (atau institusi sejenis yang berlaku di negara mereka) untuk mendapatkan rincian lengkap tentang kelayakan dan kriteria kursus GMDSS.
Selama periode kursus, pendaftar ini diajari tentang berbagai aspek GMDSS mulai dari Radio Log hingga mengirim pesan INMARSAT dan semua aspek yang dibutuhkan saat melakukan komunikasi diatas kapal. Ujian tertulis guna menguji teori sedangkan ujian lisan adalah interview dengan seorang surveyor yang menguji mengenai berbagai aspek GMDSS, yang mencakup keseluruhan silabus (teori dan juga praktis).

Recomendasi Buku-buku GMDSS :

Admiralty List of Radio Signals (ALRS) Volume 5: GMDSS

NP285 atau ALRS Vol. 5 adalah publikasi dengan informasi yang luas dalam teori dan juga penggunaan praktis untuk semua hal yang berkaitan dengan GMDSS. Koreksi untuk ini dapat ditemukan di Bagian 6 Pemberitahuan mingguan untuk Mariners (TNM). Isinya meliputi sebagai berikut :
  1. Distress Communication And False Alert
  2. Operation Procedure For Use Of DSC Equipment
  3. Search And Rescue Transponder
  4. Extract From ITU Radio Regulations
  5. VHF DSC List Of Coast Stations For Sea Area A1
  6. MF DSC List Of Coast Stations For Sea Area A2
  7. HF DSC List Of Coast Stations For Sea Area A3
  8. INMARSAT
  9. Maritime Safety Information (MSI)
  10. SafetyNet
  11. NAVTEX
  12. Distress, Search And Rescue

Portable Marine Radio

Radio portabel ( Portable Marine Radio ) atau survival craft transceiver , merupakan elemen yang sangat penting dari GMDSS, Ianya adalah peralatan yang ada di anjungan jika personil kapal harus menaiki Lifeboat atau evakuasi namun bisa digunakan untuk komunikasi di kapal juga.



Bilamana alat tersebut digunakan untuk emergensi, ia dapat digunakan untuk on scene coordination antara regu penyelamat di survival craft dan tim penyelamat. Syarat IMO untuk alat ini adalah sebagai berikut :
  1. Dapat digunakan oleh orang yang tidak mahir sekalipun
  2. Tranmisi dan penerimaan pada frekuensi 156.8 MHz (Channel 16) and 156.3 MHz (Channel 6)
  3. Tahan walau terjatuh dari jarak 1 meter
  4. Tahan air sampai kedalaman 1 meter selama 5 menit
  5. Power Minimal 0.25 watts
  6. Saklar pengurang daya tersedia
  7. Antena harus omnidirectional dan terpolarisasi secara vertikal
  8. Kapasitas daya baterai selama 8 jam (Nickel Cadmium atau Lithium Battery)
Ruang lingkup GMDSS luas dan ekstensif mengenai hal ini, dengan melalui publikasi dan manual dan semua sarana lain yang tersedia adalah satu-satunya cara untuk menjadi lebih baik dalam menangani peralatan dan mendapatkan pengetahuan lebih lanjut tentang penyiapannya.
Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Penjelasan Umum mengenai Life Raft

Life raft disediakan sebagai peralatan keselamatan hidup di laut pada kapal sebagai tambahan selain sekoci. Life raft jauh lebih mudah diluncurkan dibandingkan dengan sekoci jika terjadi situasi darurat, evakuasi dari kapal dapat dilakukan tanpa meluncurkannya secara manual karena life raft dirancang dengan sistem membuka dan mengembang otomatis. Bab SOLAS III menjelaskan semua rincian untuk jenis dan jumlah life raft yang harus dibawa sesuai ukuran dan jenis kapal.


Life raft

Life raft biasanya terletak di muster station / tempat berkumpul pada keadaan darurat, pada sisi kiri dan sisi kanan kapal dekat dengan sekoci, serta muka dan belakang kapal. Lokasi umumnya tergantung dari ukuran kapal. Life raft disimpan dalam wadah fiberglass, digabungkan dengan gas bertekanan tinggi yang digunakan untuk menggembungkan life raft pada saat darurat. Unit Pelepasan Hidrostatik (HRU) terhubung ke wadah life raft dan kapal, yang akan melepaskan liferaft bahkan setelah kapal tenggelam dalam air. ( lihat postingan saya sebelumnya mengenai HRU dapat dilihat Klik Disini )

Spesifikasi liferaft dituliskan atau diperlihatkan pada wadah kontainernya yang meliputi kapasitas liferaft, tanggal pembuatan, tanggal servis, nama perusahaan, dll. Ditampilkan juga prosedur peluncuran dengan tampilan fotogenik untuk memudahkan pemahaman. Alat dasar untuk bertahan hidup sudah tersimpan di liferaft yang meliputi jatah makanan, alat pyrotechnic, pisau kecil, alat emancing dll.

Beberapa kapal memiliki sistem peluncuran dengan dewi-dewi atau crane yang memungkinkan awak kapal untuk mengembangkan liferadt dan naik dari atas dek, dan menghindari risiko awak kapal basah untuk masuk ke air laut dulu baru menaikinya.


Persyaratan umum untuk Life Raft

  • Mampu menahan eksposur selama 30 hari mengapung di semua kondisi laut
  • Saat terjatuh ke dalam air dari ketinggian 18 meter, liferaft dan semua peralatan di dalamnya akan beroperasi dengan memuaskan
  • Life raft yang sedang terapung harus mampu menahan loncatan berulang di atasnya dari ketinggian minimal 4,5 meter di atas lantainya baik dengan dan tanpa kanopi yang dipasang.
  • Bisa ditarik pada 3 knot dengan peralatan penuh didalamnya, dinaiki orang dan satu jangkar liferaft.
  • Kanopi digunakan untuk memberikan isolasi dan perlindungan terhadap panas dan dingin oleh dua lapisan material yang dipisahkan oleh celah udara
  • Interior tidak menggunakan warna yang tidak sedap dipandang.
  • Harus memiliki udara yang cukup bagi penghuni setiap saat, bahkan saat pintu masuk ditutup
  • Ianya harus dilengkapi dengan setidaknya satu tempat yang bisa memantau keadaan sekitar walau ditutup.
  • Ianya harus dilengkapi dengan sarana untuk mengumpulkan air hujan
  • Ianya harus dilengkapi sarana untuk memasang survival craft radar transponder (SART) pada ketinggian minimal 1 meter di atas permukaan laut.
  • Ianya harus memiliki ruang yang cukup untuk penghuni agar bisa duduk di bawah semua bagian kanopi
  • Daya dukung minimum setidaknya 6 orang
  • Berat maksimum wadahnya dan juga peralatannya tidak boleh melebihi 185 kilo
  • Liferaft harus dilengkapi dengan tali tambang yang efisien panjangnya minimum 10 meter.
  • Lampu yang dikontrol secara manual harus dipasang di bagian atas kanopi dan lampu berwarna putih serta harus beroperasi paling sedikit 12 jam dengan intensitas bercahaya tidak kurang dari 4,3 candela.
  • Jika lampu kilat dipasang, lampu akan berkedip pada kecepatan tidak kurang dari 50 kedip dan tidak lebih dari 70 kedip per menit selama 12 jam iya menyala.
  • Lampu yang dikontrol secara manual harus dipasang di dalam life raft yang mampu beroperasi terus menerus selama minimal 12 jam
  • Bila liferaft dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lengkap, maka harus mampu menahan dampak lateral terhadap sisi kapal pada kecepatan benturan tidak kurang dari 3,5 m / s dan juga turun ke air dari ketinggian yang tidak sedikit. dari 3 meter tanpa kerusakan
  • Inflasi angin pada liferaft menggunakan CO2 dengan jumlah kecil N2 yang bertindak sebagai elemen anti pembekuan. Selain itu, CO2 tidak mudah terbakar dan juga memiliki berat lebih dari udara sehingga menambah daya apung pada rakit. Titik beku CO2 adalah -78 derajat sehingga bisa mengembang life raft pada suhu yang sangat rendah
  • Lokasi di kapal:
           - Pada stasiun Muka
           - Di stasiun embarkasi pada kedua sisi kiri dan sisi kanan
  • Kekuatan tali tambang / painter sebelum ia putus harus:
           - 15kN untuk 25 orang dan lebih
           - 10 kN untuk 9 sampai 24 orang
           - 7,5 kN sisa (6-9)

Keselamatan pada Life Raft

  • Katup pelepas tekanan
  • Stabilizing Pocket
  • Kanopi yang terisolasi dengan dua lapisan untuk perlindungan terhadap panas dan dingin

Peralatan Life Raft

  • Rescue quoits dengan tali minimal 30 meter
  • Pisau yang bukan pisau lipat dengan peganganyang mengapung. Jika liferaft menampung lebih dari 13 orang, maka  sediakan 2 pisau.
  • Untuk 12 orang atau kurang, 1 bailer. Untuk lebih dari 13 orang, 2 bailer harus ada
  • 2 spon
  • 2 dayung apung
  • 3 pembuka kaleng
  • 2 jangkar laut
  • 1 pasang gunting
  • 1 pertolongan pertama dalam wadah tahan air
  • 1 pluit
  • 1 obor tahan air untuk mengkomunikasikan kode morse dengan 1 set baterai dan bohlam
  • 1 cermin sinyal / heliograf
  • 1 reflektor radar
  • 1 kartu sinyal meminta pertolongan tahan air
  • 1 kail pancing dan tali pancing
  • Rasio makanan berjumlah tidak kurang dari 10.000 kJ untuk setiap orang
  • Rasio air - 1,5 liter air tawar untuk setiap orang
  • Satu wadah minum tahan karat
  • Obat anti mabuk laut cukup untuk setidaknya 48 jam dan satu tas muntah untuk setiap orang
  • Petunjuk cara bertahan (Survival booklet)
  • Instruksi tentang tindakan segera
  • Termal Protective Aid cukup untuk 10% dari jumlah orang atau dua buah, mana saja yang lebih besar
  • Tandanta seharusnya adalah SOLAS 'A' Pack
  • 6 Hand Flares
  • 4 Rocket Parachute Flares
  • 2 Buoyant Smoke Signals

Tanda pada wadah penyimpanan / cangkang Life Raft

  • Nama pembuat dan merek dagang
  • Nomor seri
  • Nama otoritas
  • Jumlah orang yang dibawa
  • SOLAS emergency pack yang tertutup
  • Tanggal service terakhir
  • Panjang tali painter
  • Tinggi maksimum penyimpanan
  • Instruksi launching / peluncuran


Tanda pada Inflatable Life Raft

  • Nama pembuat dan merek dagang
  • Nomor seri
  • Tanggal produksi
  • Nama otoritas yang menyetujui
  • Nama dan tempat service terakhir
  • Jumlah orang yang dibolehkan naik


Peluncuran life raft saat kapal tenggelam dan aktivasi HRU (Auto)

  • Saat kapal tenggelam hingga 4 meter, tekanan air akan mengaktifkan pisau tajam di HRU
  • Pisau ini akan memotong tali pengaman di sekitar wadah / tabung liferaft dan akan mengapung bebas
  • Saat kapal tenggelam lebih jauh, tali painter akan meregang dan akan mengembangkan life raft dengan tarikannya
  • Karena kenaikan tekanan air dan daya apung, sambungan tali yang lemah akan putus sekitar 2,2 kN +/- 0,4 dan liferaft nya akan berada di permukaan.


Meluncurkan life raft secara manual

  • Pastikan tali painter terikat ke sisi kapal pada titik yang kuat
  • Lepaskan pagar dan periksa ke luar untuk menghilangkan penghalang
  • Lepaskan kait dari cradle
  • Dua orang mengangkat life raft dan membuangnya ke laut
  • Setelah dilempar, tarik tali painter dengan kencang sampai liferaft mengembang
  • Dengan tetap menarik painter, tarik ke arah sisi kapal
  • Turunkan tangga embarkasi atau langsung terjun ke life raft tergantung situasi dan waktu yang tersedia
  • Duduklah berhadapan secara tatap muka untuk mencegah ketidakseimbangan liferaft
  • Pastikan SART dan EPIRB telah diaktifkan
  • Hituberapa orang personil yang naik
  • Potong painter dengan menggunakan pisau yang disediakan dan gunakan dayung atau jangkar laut, menjauh dari kapal

Jika liferaft mengembang dan terbalik, ia memiliki tali pengikat yang mampu menstabilkannya. Naik ke silinder CO2 dan tarik ke arah yang sama seperti arah angin untuk melakukannya.

Meluncurkan life raft dengan davit

  • Lepaskan pagar
  • Lepaskan lashing dari wadah
  • Turunkan davit dan kunci dengan pengait untuk diangkat
  • Tarik painter keluar sekitar 5-6 meter
  • Amankan tali painter
  • Tarik painter panjang penuh
  • Sekarang angkat tabung liferaft sampai ketinggian tertentu
  • Tarik painter dengan kemcang dan biarkan mengembang
  • Setelah mengembang, kencangkan liferaft
  • Satu orang harus masuk dan melakukan pengecekan
  • Kumpulkan SART dan EPIRB
  • Masuklah ke dalam dan duduklah merata
  • Lepaskan tali bowsing
  • Periksa apakah area peluncuran sudah aman
  • Turunkan liferaft dengan menggunakan pelepasan brake
  • Mengoperasikan pelepasan kait/ hook 1m di atas air atau membiarkan liferaft menaiki puncak gelombang untuk meletakkan beratnya di atas air dan secara otomatis akan lepas kaitan tersebut
  • Potong painter



Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tingkat Keamanan / Marine Security Berdasarkan ISPS Code

Tingkat keamanan berdasarkan kode ISPS menggambarkan skenario saat ini terkait dengan ancaman keamanan terhadap negara dan wilayah pesisir termasuk kapal yang mengunjungi negara tersebut. Tingkat keamanan ditetapkan oleh kerja sama otoritas kapal dan pelabuhan. Pemerintah lokal menetapkan tingkat keamanan dan memastikan menginformasikan ke otoritas pelabuhan dan kapal sebelum memasuki pelabuhan, atau saat berlabuh di pelabuhan.

Semua personil di kapal dan staf di dermaga diberi tugas keamanan, yang mana berbeda untuk masing-masing berdasarkan tingkat keamanan / Security Level. Begitu tingkat keamanan ditetapkan sesuai dengan kode ISPS, maka akan diperlihatkan secara jelas di atas kapal  di akses masuk kapal.

Perlu dicatat bahwa tingkat keamanan kapal / MARSEC level harus selalu sama atau lebih tinggi dari MARSEC level pelabuhan/ dermaga.


Untuk tingkat keamanan manapun, berikut ini adalah poin umum yang perlu diingat:

  • Memeriksa identitas semua orang yang menumpang / ingin naik kapal
  • Area aman yang ditunjuk didirikan di penghubung dengan PFSO
  • Pisahkan orang yang diperiksa dari mereka yang tidak dicek untuk kemudahan pengoperasian
  • Memisahkan embarkasi dan pelepasan
  • Identifikasi jalur akses yang harus diamankan terhadap akses yang tidak sah
  • Mengamankan area yang memberikan akses terhadap personil
  • Memberikan briefing keamanan kepada semua personil kapal mengenai kemungkinan ancaman dan tingkat yang terkait dengan pelabuhan
  • Kepatuhan dengan SSP setiap saat


MARSEC Level 1

Tingkat normal bahwa fasilitas kapal atau pelabuhan beroperasi setiap hari. Tingkat 1 memastikan bahwa petugas keamanan menjaga keamanan minimum yang sesuai 24/7.

Dalam hal ini, semua yang bertanggung jawab untuk dewan direksi harus dicari. Frekuensi yang sama harus ditentukan dalam SSP. Pencarian semacam itu harus dilakukan dalam koordinasi dengan fasilitas pelabuhan. Penting untuk diingat bahwa individu yang dicek barang bawaan atau tubuhnya seharusnya tidak melanggar hak asasi dan martabat mereka.

  • Langkah keamanan minimum selalu diterapkan di kapal dan di pelabuhan
  • Operasi kapal dan pelabuhan dilakukan sesuai rencana keamanan kapal dan pelabuhan
  • Fasilitas pelabuhan memastikan area 'tidak boleh diakses' berada di bawah pengawasan setiap saat
  • Otoritas kapal dan pelabuhan saling mengawasi pengoperasian bongkar muat kargo dan store, memastikan kontrol akses dan kriteria keamanan minimum lainnya.
  • Akses minimum di kapal dipertahankan setiap saat.



MARSEC Level 2

Level yang lebih tinggi dimana tingkat resiko pada keamanan lebih besar dan terindikasi didaerah tersebut. Tindakan tambahan yang tepat akan dilakukan pada level ini.

Pada tingkat ini, SSP harus menetapkan langkah-langkah yang harus diterapkan sebagai antisipasi terhadap risiko yang meningkat. Kewaspadaan yang lebih tinggi dan kontrol yang lebih ketat berkaitan dengan keamanan kapal yang sudah ditetapkan di sini.
  • Menugaskan personil tambahan untuk berpatroli di area akses
  • Menangkal akses ke dari laut ke kapal
  • Membuat restricted area di sisi kapal berlabuh
  • Meningkatkan frekuensi pengecekan dan detil identitas orang yang naik atau turun dari kapal
  • Mengawal semua pengunjung onboard sampai ketempat yang diperlukan.
  • Pengarahan keamanan tambahan kepada personil kapal mengenai tingkat keamanan ini
  • Melakukan pencarian penuh atau sebagian pada kapal


MARSEC Level 3

Akan mencakup langkah-langkah keamanan tambahan untuk sebuah insiden yang akan datang atau sudah terjadi yang telah dialami kapal atau informasi dari kapal lain atau dari port state mengenai daerah rawan keamanan berisiko tinggi. Tindakan keamanan harus diperhatikan meskipun mungkin tidak ada target spesifik yang diidentifikasi.

Sekali lagi, SSP harus dipatuhi dan dengan penghubung yang kuat dengan fasilitas pelabuhan. Langkah-langkah berikut harus dilakukan dengan tingkat kewaspadaan dan detail tertinggi:
  • Membatasi akses ke satu jalur serta dikontrol penuh.
  • Memberikan akses secara ketat kepada petugas yang berwenang atau mereka yang menanggapi insiden keamanan
  • Penangguhan embarkasi dan disembarkasi
  • Penangguhan operasi kargo dan store dll
  • Jika dibutuhkan, evakuasi kapal
  • Tutup pemantauan pergerakan orang-orang di atas kapal
  • Mempersiapkan pencarian kapal secara penuh atau sebagian

Daerah Terbatas


SSP harus mengidentifikasi daerah-daerah yang dibatasi di atas kapal. Tujuan dari area tersebut adalah untuk membatasi akses, melindungi personil kapal, melindungi muatan dari pencurian atau perusakan dll. Area yang dibatasi meliputi anjungan, ruang mesin, ruang dengan peralatan keamanan, ruang ventilasi, ruang yang berisi muatan IMDG, akomodasi, area lain yang ditentukan sesuai SSP.

Sehubungan dengan area terlarang, tindakan yang akan diterapkan pada mereka adalah sebagai berikut:

MARSEC Level 1
  • Mengunci / mengamankan jalur akses
  • Menggunakan peralatan surveilans untuk memantau area
  • Patroli menyeluruh
  • Menggunakan sistem alarm untuk memberi tahu personil kapal jika ada akses yang tidak diinginkan ke area tersebut

MARSEC Level 2
  • Membentuk restricted area di sekitar titik akses
  • Terus memantau peralatan surveilans
  • Petugas tambahan untuk berpatroli di daerah tersebut

MARSEC Level 3
  • Perketat penjagaan pada satu-satunya akses masuk.
  • Menambahkan pencarian pada area yang berpotensi sebagai akses masuk bagi penyeludup pada patroli keliling secara reguler


Penanganan Kargo

Tindakan pengamanan dilakukan terhadap operasi kargo untuk mencegah gangguan dan juga untuk mencegah pengangkutan muatan yang belum diotorisasi atau ditetapkan untuk dibawa ke kapal. Langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai referensi:

MARSEC Level 1
  • Pemeriksaan rutin pada kargo, unit transportasi, ruang kargo
  • Cocokkan kargo dengan dokumentasi
  • Memuat kendaraan yang harus dicari dalam hubungan dengan PFSO
  • Memeriksa segel untuk mencegah gangguan

MARSEC Level 2
  • Detil pengecekan kargo, unit transportasi, ruang kargo
  • Cek intensif untuk memastikan hanya barang yang dipesan saja sudah dimuat
  • Cek berat pada kendaraan pemuatan
  • Frekuensi pengecekan segel ditingkatkan

MARSEC Level 3
  • Penangguhan pemuatan atau pengosongan
  • Verifikasi persediaan bahan baku DG dan zat berbahaya


Pengiriman Store Kapal

Store harus diperiksa untuk pengemasan integritas termasuk pemeriksaan acak pada sampel. Tidak diperbolehkan menerima store tanpa pemeriksaan; periksa apakah rusak jika diterima Kecuali yang telah dipesan, store tidak boleh diterima yang lainnya. Periksa ulang dengan bukti dokumenter tentang apa yang telah dipesan dan apa yang tidak. Langkah-langkah berikut dapat digunakan sebagai referensi:

MARSEC Level 1
  • Cocokkan perintah dengan dokumen sebelum memuat
  • Simpan store dengan aman

MARSEC Level 2
  • Pemeriksaan menyeluruh sebelum memuatkan store dan mengintensifkan pemeriksaan yang sama


MARSEC Level 3
  • Pengiriman store harus diambil hanya jika terjadi keadaan darurat


Penanganan bagasi atau barang mencurigakan

Bagasi harus dicek sebelum naik kapal; gunakan metode lanjutan seperti sinar X jika diperlukan.

MARSEC Level 1
  • Bagasi dicek dan diperiksa yang mungkin termasuk pemeriksaan sinar X


MARSEC Level 2
  • Skrining lengkap termasuk sinar X dari semua bagasi


MARSEC Level 3
  • Penangguhan penanganan bagasi
  • Penolakan untuk menerima bagasi yang tidak diketahui atau mencurigakan


Pemantauan keamanan kapal

Aspek pemantauan harus mencakup pencahayaan,  awak jaga keamanan untuk patroli, perangkat deteksi intrusi. Perangkat intrusi ini harus bisa menyalakan alarm.

Dek kapal dan titik akses harus diterangi dalam kegelapan dan juga di sekitar kapal tergantung pada tingkat ancaman keamanan yang diperkirakan. Di pelabuhan yang rentan terhadap penyelundupan, cek menyelam juga harus dilakukan.

Keamanan kapal dan pelabuhan saling melengkapi satu sama lain. Seseorang tidak akan bisa aman tanpa bantuan yang lain. Komunikasi dan kerja sama SSO dan PFSO sangat penting untuk kepatuhan SSP dan pemeliharaan tingkat keamanan.
Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa Itu Pelampung Kardinal / Cardinal Buoys ?

Cardinal Buoys

Ada empat jenis pelampung kardinal: utara, selatan, barat dan timur. Pelampung kardinal digunakan untuk menunjukkan arah perairan teraman. Pelampung kardinal utara menunjukkan bahwa air terdalam atau teraman ada di sebelah utara pelampung. Kapal harus berjalan ke utara melewati pelampung utara; Dengan begitu, pelampung tersebut berada di antara bahaya dan kapal tadi. Prinsip yang sama berlaku untuk semua pelampung kardinal. Untuk rincian lebih lanjut tentang bahaya yang ditunjukkan oleh pelampung kardinal, anda dapat melihat deskripsinya nya pada Peta / Nautical Chart.
Ada dua cara untuk membedakan pelampung kardinal: berdasarkan warna dan bentuk sosok kerucutnya. Arah titik kerucut menunjukkan jenis pelampung cardinal apakah dia. Dengan demikian, kerucut pada titik pelampung kardinal utara keatas, dan pada pelampung kardinal selatan kebawah, titiknya bertemu kaedinal barat dan titiknya membelakangi cardinal timur.



North Cardinal Buoy

North Cardinal Buoy / Pelampung Kardinal Utara

  • Pelampung kardinal utara terletak sedemikian rupa sehingga perairan teraman ada di utaranya
  • berwarna hitam dan kuning
  • Bagian atas dilukis hitam menunjukkan bahwa itu adalah pelampung utara, bagian bawahnya dicat kuning
  • Jika pelampung ini tidak disertai cahaya, maka akan berbentuk spar
  • Jika menggunakan sosok kerucut. sosok tersebut akan menunjuk ke atas untuk menunjukkan ke utara


South Cardinal Buoy

South Cardinal Buoy / Pelampung Kardinal Selatan

  • Pelampung kardinal selatan menunjukkan bahwa perairan teraman ada di selatannya.
  • berwarna hitam dan kuning
  • Hitam diposisikan di bagian bawah yang menunjukkan bahwa itu mengarah ke selatan, bagian atas dicat kuning
  • Jika pelampung ini tidak disertai cahaya, maka akan berbentuk spar
  • Jika menggunakan sosok kerucut, sosok tersebut akan menunjuk ke bawah untuk menunjukkan ke selatan


East Cardinal Buoy

East Cardinal Buoy / Pelampung Kardinal Timur

  • Pelampung kardinal timur terletak untuk menunjukkan bahwa perairan teraman ada di sebelah timurnya
  • berwarna hitam dan kuning
  • hitam diposisikan di atas dan bagian bawah dengan bagian kuning di tengahnya untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelampung timur
  • Jika pelampung ini tidak disertai cahaya, maka akan berbentuk spar
  • Jika menggunakan sosok kerucut, sosok tersebut akan menunjuk ke arah yang berlawanan untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelampung timur


West Cardinal Buoy

West Cardinal Buoy / Pelampung Kardinal Barat

  • Pelampung kardinal Barat terletak untuk menunjukkan bahwa perairan teraman ada di sebelah baratnya.
  • berwarna hitam dan kuning
  • Hitam diposisikan di tengah untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelampung barat , kuning diposisikan atas dan bawah.
  • Jika pelampung ini tidak disertai cahaya, maka akan berbentuk spar
  • Jika menggunakan sosok kerucut, sosok tersebut akan menunjuk satu sama lain untuk menunjukkan bahwa itu adalah pelampung barat.

Karakteristik Cahaya Pelampung Kardinal

Lampu pada semua pelampung kardinal akan berwarna putih, (jika pelampungnya dilengkapi dengan pencahayaan). Untuk mengidentifikasi pelampung ini dalam kegelapan atau visibilitas yang terbatas, masing-masing dapat dibedakan dengan karakteristik lampu kilat yang berbeda.

Pelampung utara berkedip dengan kecepatan 1 per detik atau 60 per menit. Kedipan yang sangat cepat juga bisa digunakan - 10 kedip setiap 5 detik.
Pelampung barat berkedip  9 kali dalam 15 detik. Kedipan yang sangat cepat juga bisa digunakan - 9 kedip setiap 10 detik.
Cardinal Buoys
Pelampung timur berkedip  3 kali dalam 10 detik. Kedipan yang sangat cepat juga bisa digunakan - 3 kedip setiap 5 detik.

Pelampung selatan berkedip  6 kali dalam 15 detik. Kedipan yang sangat cepat juga bisa digunakan -  6 kedip setiap 10 detik plus 1 kedipan lagi di akhir setiap kelompok untuk menandai akhir dari 1 siklus kedipan


.
North Cardinal Buoy Lights

South Cardinal Buoy Lights

East Cardinal Buoy Lights

West Cardinal Buoy Lights
Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Apa itu Automated Mutual Assistance Vessel Rescue System ( AMVER ) ?

The Automated Mutual Assistance Vessel Rescue System (AMVER) adalah sistem teknologi unik yang dikembangkan oleh USCG pada tahun 1958. Berasal dari USCG, ini adalah organisasi bantuan timbal balik maritim yang memberikan bantuan penting bagi pengembangan dan koordinasi Search and Rescue ( SAR) di berbagai wilayah di dunia.

Kapal di seluruh dunia yang melakukan pelayaran diminta untuk mengirim laporan pergerakan dan laporan posisi berkala ke pusat AMVER. Semua informasi yang diberi akan membantu melacak kapal di seluruh dunia dan dengan demikian dapat mengirimkan bantuan ke kapal yang mengalami kesulitan di area yang ditentukan. Penyederhanaan bantuan ini dapat menghasilkan tindakan cepat dari tim SAR.

Prinsip dasar sistem ini adalah menggabungkan partisipasi dari kapal-kapal di seluruh dunia untuk melengkapi teknologi ini. Hal ini menghasilkan manajemen yang lebih baik disaat krisis.


Sistem serupa sekarang ada di negara-negara seperti Jepang, India, Australia, Selandia Baru, Denmark dll dan semua kapal diminta untuk bekerja sama. Layanan ini tidak mengeluarkan biaya apapun untuk kapal.


Rekap kejadian singkat

Dasar penggerak untuk menghasilkan sistem yang cepat guna membantu operasi penyelamatan adalah kejadian kapal Titanic pada tahun 1912. Ribuan orang kehilangan nyawa mereka dalam kecelakaan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong USCG untuk menghasilkan solusi yang layak.

Awal dibentukknya berjudul Atlantic Merchant Vessel Emergency Rescue, cakupan yang dimaksudkan dari sistem tersebut pada awalnya dibatasi hanya perairan Atlantik Utara. Menurut ketentuan yang ditetapkan oleh USCG, semua kapal dengan rencana perjalanan lebih dari satu hari harus mendaftarkan mereka pada sistem AMVER. Ketentuan ini ditetapkan untuk kapal yang terdaftar dengan pelabuhan registri Amerika dan bahkan untuk kapal yang terdaftar di luar negeri.


Penyelidikan AMVER dibantu oleh teknologi terkomputerisasi mutakhir saat itu dan segera melebar untuk memasukkan partisipasi dari Inggris pada tahun 1962. Delapan tahun setelah diluncurkan, judul sistem telah diubah ke Automated Mutual Assistance Vessel Rescue System.


Posisi sekarang secara global

Pada awal 1980-an, AMVER diakui dan diberikan piagam maritim Amerika sebagai bagian dari persyaratan wajib setelah USCG mengadakan kesepakatan strategis dengan asosiasi maritim nasional. Segera setelah mandat ini, Organisasi Maritim Internasional juga mulai berlaku, persyaratan wajib bagi kapal untuk menggabungkan AMVER.


Persyaratan AMVER

Kapal di bawah protokol AMVER perlu memberikan informasi tentang posisi mereka pada saat keberangkatan dan kedatangan mereka dari pelabuhan tertentu. Informasi tentang posisi kapal perlu terus diperbarui setiap dua hari. Kegagalan untuk melakukannya akan membuat tujuan sistem ini tidak terpenuhi. Kapal juga perlu memberikan informasi, seandainya kapal harus tidak mengikuti dari rute aslinya.

Standar IMO untuk AMVER Report

AMVER / DR //

Nama A / Kapal /  Internasional Call Sign //

B / Waktu (seperti posisi di C atau G) //

C / Latitude / Bujur (seperti waktu di B) //

E / Haluan kapal (seperti waktu di B) //

F / Perkiraan Kecepatan Rata-Rata (untuk sisa pelayaran) //

G / Pelabuhan Keberangkatan / Lintang / Bujur //

I / Tujuan / Lintang / Bujur / Perkiraan Waktu Kedatangan //

K / Pelabuhan Kedatangan / Lintang / Bujur / Waktu Kedatangan //

L / Metode Navigasi / Kecepatan / Lintang / Bujur / Port / ETA / ETD //

M / Stasiun Radio Pantai atau Nomor Satelit / Stasiun Radio Berikutnya //

V / Tenaga Medis //

X / Keterangan //

Y / Relay instruksi //

Z / Akhir Laporan (EOR) //


Pelaporan AMVER

Rencana Pelayaran (SP)

Untuk dikirim dalam beberapa jam sebelum atau sesudah atau dalam beberapa jam setelah keberangkatan. SP harus mengandung cukup informasi untuk memprediksi posisi sebenarnya kapal dalam jarak 25 mil laut setiap saat selama pelayaran


Laporan Posisi (PR)

Ini harus dikirim dalam waktu 24 jam dari pelabuhan yang berangkat dan setidaknya setiap 48 jam setelahnya.


Laporan Deviasi (DR)

Laporan ini harus dikirim segera setelah ada informasi pelayaran yang berubah. Perubahan dalam jalur atau kecepatan karena cuaca, es, perubahan tujuan, pengalihan untuk mengevakuasi awak kapal yang sakit atau terluka, mengalihkan untuk membantu kapal lain, atau penyimpangan lainnya dari Rencana Pelayaran asli harus dilaporkan sesegera mungkin.


Laporan Kedatangan Akhir (FR)

Ini harus dikirim pada saat tiba di pelabuhan tujuan.


AMVER USP

Melalui AMVER platform umum telah berusaha untuk ditempatkan untuk melayani komunitas maritim global. Sistem ini beroperasi sepenuhnya berdasarkan alasan kemanusiaan dan karena itu tidak mempertimbangkan situasi politik atau situasi konflik lainnya. Terlepas dari kewarganegaraan kapal tersebut, semua kapal di dekatnya dengan sistem Rescue Rescue Rescue Mutual Assistance wajib membantu yang membutuhkan.


Laporan Cuaca AMVER

NOAA dan USCG telah bergabung dengan sistem pelaporan cuaca AMVER melalui sebuah perangkat lunak yang telah dibuat untuk membantu Volunteer Observing Ships (VOS) dalam mengirimkan laporan cuaca laut dan berpartisipasi dalam sistem Rescue Rescue Rescue Mutual-Help (AMVER). Ini membantu dalam meramalkan cuaca sekaligus menilai tindakan SAR terbaik yang harus dilakukan di daerah dengan kondisi cuaca dalam pikiran.


AMVER Awards

Ini dimulai pada tahun 1971 untuk memicu kapal yang mematuhi dan berpartisipasi secara teratur dengan sistem AMVER. Biasanya ditampilkan di anjungan serta di kantor perusahaan, penghargaan yang diberikan bisa dijelaskan sebagai berikut:

  1. Surat Penghargaan
  2. Piagam penghargaan
  3. Bendera biru (pennant) untuk kapal yang menyelesaikan tahun pertama partisipasi
  4. Bendera emas (pennant) untuk kapal yang menyelesaikan lima tahun berturut-turut kelayakan untuk mendapatkan penghargaan Amver.
  5. Bendera ungu (pennant) untuk kapal yang menyelesaikan sepuluh tahun berturut-turut kelayakan untuk mendapatkan penghargaan Amver.
  6. Penghargaan khusus untuk keterlibatan dalam sistem ini selama lebih dari 15 tahun



Mengapa AMVER?

Keberhasilan Amver terikat langsung dengan jumlah kapal yang secara teratur melaporkan posisi mereka. Semakin banyak kapal, semakin besar kemungkinan sebuah kapal akan teridentifikasi di dekat posisi kecelakaan. Kapal dapat mendaftarkan dirinya ke dalam sistem dengan mengunjungi situs resmi AMVER http://www.amver.com/. Situs ini juga berisi semua informasi yang spesifik untuk sistem.
Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Potensi Bahaya Mooring Operation

Kegiatan Mooring ini dilakukan oleh Mualim satu (untuk muka kapal/ forward station) dan Mualim dua (untuk stasiun belakang/ aft station); Namun, hal ini bervariasi di antara perusahaan-perusahaan dimana kadang-kadang Mualim tiga bertugas di muka sehingga Mualim satu mungkin bersama Nakhoda di bridge untuk mengasah kemampuannya berkaitan dengan olah gerak kapal ketika kapal sedang ingin sandar atau cast off.

Potensi penghasilan utama kapal kargo diuji tidak hanya dengan pengangkutan barang yang aman saat berada di laut lepas namun juga dilihat dari waktu penyelesaian kapal sewaktu di pelabuhan. Seperti yang kita ketahui bahwa penanganan kargo itu sendiri adalah poin utama dalam menilai efisiensi operasi, Proses Mooring juga merupakan bagian integral untuk memastikan agar proses tersebut nantinya berjalan lancar.

Pengoperasian kargo kapal di pelabuhan yang efisien adalah suatu hal yang diharapkan setiap operator kapal dari kru deknya. Operasi pertama dan terpenting dilakukan oleh awak kapal saat kapal mencapai pelabuhan adalah operasi Mooring yang juga merupakan salah satu pekerjaan yang paling sulit dan berbahaya di kapal.


Apa yang Membuat Operasi Mooring Berbahaya?

Ada beberapa kasus yang dilaporkan di masa lalu tentang kecelakaan selama operasi Mooring yang telah menyebabkan luka parah atau kematian pelaut. Tali tambat / kawat yang dipasang di kapal bukanlah tali biasa pada umumnya dan jika tidak waspada saat menanganinya bukanlah mustahil kemungkinan cedera bahkan kematian bisa terjadi dan dapat pula menyebabkan kerusakan parah pada kapal.


Area Mooring di kapal terdiri dari bagian depan dan belakang sebuah kapal pada tempat winch dipasang untuk menarik tali dari Tug Boat atau dari dermaga.

Area Mooring dilengkapi dengan beberapa peralatan dan sistem seperti winch/derek, motor hidrolik, bollards, jangkar rantai, dll. Semua bagian ini bekerja bersamaan untuk memastikan tidak ada kerusakan pada saat pengoperasian dilakukan.


Faktor berikut membuat area Mooring dan pengoperasiannya ini berbahaya:


  • Penggunaan wire dan tali yang sudah tua dan rusak yang tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk menahan kapal di tempat serta kemungkinan menyebabkan kecelakaan pada kru (goyah, tali yang lemah bisa tersangkut / terjebak di winch setiap saat)
  • Area Mooring yang tidak jelas dengan tali dan peralatan yang tidak terpakai memiliki banyak bahaya seperti kebingungan berkenaan dengan daerah yang memiliki tingkat bahaya lebih tinggi daripada yang lain.
  • Tali tambat tidak diikat tapi disimpan di ujung drum winch
  • Peralatan Mooring tidak dipelihara dengan baik; Seperti peralatan lainnya, pemeliharaan peralatan mooring sangat penting untuk keamannya
  • Staf operasi yang tidak terlatih; mooring kapal berkaitan dengan penanganan kapal dan tentu saja staf kapal yang tidak fasih dengan itu tidak akan dapat memperkirakan bahaya yang berkaitan secara menyeluruh.
  • Suvervisor yang bertanggung jawab malah terlibat dengan beberapa pekerjaan lain dikarenakan jumlah awak yang sedikit; Seperti disebutkan sebelumnya, tali kapal ini besar dan berat serta tenaga terampil memadai diharuskan menangani operasi ini. Bukan setiap orang bisa memahami tali mana yang harus diproses berdasarkan komando dari Nakhoda di anjungan.
  • Cet daerah Mooring yang buruk dengan semua permukaan dan peralatan yang dicet dengan warna yang sama tidak menonjolkan perbedaan warna terhadap area berbahaya dan potensi tersandung. Topik 'zona snapback' telah menjadi topik hangat akhir-akhir ini untuk memastikan area berbahaya yang berkaitan dengan Mooring harus di cet dengan warna yang menonjol sehingga semua orang mengerti bahaya yang terkait dengannya.
  • Cet terkena tali termasuk salah satu yang menyebabkan kerusakan tali. Tali terbuat dari serat nabati; Mencet drum beserta tali bisa menyebabkannya tersangkut saat ingin digunakan atau mengeras sehingga mengurangi keefektifannya.
  • Tidak ada tanda peringatan yang dicat.
  • Dek non-slip tidak tersedia.
  • Kru tidak sadar akan Zona Snap Back.
  • Kru tidak sadar akan bahaya lilitan tali. Disaat operasi mooring sedang dilakukan, wajar bila melupakan banyak aspek berkenaan dengan bahaya dan keselamatan, karena mereka berusaha untuk terus melakukan operasi yang cepat dan efesien, sehingga mungkin lupa bahwa mereka seharusnya tidak boleh berdiri di mata tali, lilitan tali, atau di atas tali. Budaya keselamatan yang ketat harus selalu ada di  mindset agar awak kapal selalu ingat bahwa keselamatan diatas segalanya.
  • Personal Protective Equipment tidak digunakan. Seperti semua tugas lainnya di kapal, PPE  harus selalu digunakan setiap saat
  • Tali dan metal line digabung langsung tanpa menggunakan thimble yang bisa mengakibatkan talinya kalah kuat dan putus.
  • Inspeksi tali dan pengujian mesin mooring winch tidak dilakukan secara teratur
  • Tali tidak diatur pada drum jenis terpisah dengan benar. Drum yang lebih kecil harus memiliki 4-5 putaran saja dan sisanya harus pada drum yang lebih besar.



Semua poin di atas harus dipertimbangkan oleh atasan yaitu Mualim 1 atau mualim 2 pada saat sebelum menyiapkan operasi Moorig, di bawah pengawasan Nakhoda.

Dari poin-poin di atas, dua fenomena penting dan berbahaya dan berperanpenting atas korban kecelakaan pada operasi mooring di kapal yang juga bisa dianggap sebagai perangkap kematian  adalah sebagai berikut-


1) Zona Snap Back

Jumlah kecelakaan dan kematian tertinggi selama operasi Mooring di kapal adalah karena putusnya tali atau wire yang terhempas ke kru yang berada di area tali. Area yang dilewati oleh tali yang terputus ini memiliki kekuatan yang cukup untuk membunuh seseorang dan dikenal sebagai zona snap back.

Saat tali ditarik lurus maka zona snap back akan minimal tapi jika tali ditarik melewati bollard atau roller maka area snap back akan bertambah. Pada kententuan sebelumnya, untuk keamanan pelaut yang bekerja di area ini, tanda zona snap back diberikan seperti yang ditunjukkan pada diagram di bawah ini:


Penandaan zona snap-back di dek, meski nyaman dan sederhana, tidak mencerminkan zona snap-back kompleks yang sebenarnya dan dapat menyebabkan pelaut tersebut lengah dan merasa aman bahwa mereka pasti akan aman selama mereka tidak berdiri di area yang dimaksud diatas. Versi terbaru dari COSWP (edisi 2015) telah merevisi panduannya di zona snap-back dan sekarang memperbahatui penandaan zona snap-back di dek. Direkomendasikan bahwa agar seluruh area mooring dek harus dianggap sebagai zona snap-back yang berpotensial. Dan penandaan atau pengecetan yang terlihat jelas dan menonjol harus dilakukan untuk memperingatkan awak kapal.


Sebuah kapal harus ditarik dengan kapal tunda atau oleh winch kapal sendiri agar membuatnya dekat dengan dermaga untuk berlabuh. Ini membutuhkan tali dan wire yang kuat untuk diregangkan untuk menarik kapal. Setiap tali dan wire memiliki batas ketahanannya sendiri, jika melibihi batas tersebut mereka akan putus. Batas daya tahan akan berkurang jika tali sudah tua atau tidak terjaga dengan baik.

Tali itu akan putus atau rusak saat berada pada ketegangan diatas day tahannya akibat tarikan dan saat tali yang terputus ini berayun di zona snap back bisa saja menghempas seseorang yang berdiri di sana, dan tidak dipungkiri bahwa dapat berujung kematian.

Awak yang melakukan operasi harus dilatih secara menyeluruh dan berkualitas dengan area snap back. Bagian depan dan belakang kapal yaitu dek mooring keseluruhan harus dianggap sebagai zona snap-back potensial dan dengan jelas, papan peringatan atau stensil yang terlihat jelas harus dipasang untuk memperingatkan awak kapal.



2) Lilitan Tali

Tali tambat adalah tali panjang dan berat yang tersimpan di kapal dalam bentuk gulungan. Bila tali ini sedang dalam operasi, mereka cenderung membentuk kumparan atau bentuk cincin.

Jika seseorang yang terlibat dalam operasi mooring berada di dalam lilitan tali ini, tarikan tali bisa menyeretnya atau menghempaskannya pada bagian dek yang keras atau membenturkannya ke mesin. Beberapa kecelakaan dan kematian dilaporkan karena awak kapal tidak sadar berdiri diantara lilitan dan diseret oleh tali.



Cara terbaik untuk menghindari kecelakaan karena lilitan tali adalah:
  • Awak harus sadar di mana dia berdiri saat menangani tali atau saat berada di dekat tali. Harus berulang kali diketahui bahwa jangan mengganggap hal ini hal yang remeh hanya diakrenakan berdiri di lilitan tali, ini memang kelengahan terkecil yang bisa menyebabkan kita kehilangan nyawa.
  • Suvervisor harus berkonsentrasi pada tindakan kru dan tidak melibatkan dirinya dalam operasi dan membantu pekerjaan. Sebagai petugas yang bertanggung jawab atas keseluruhan operasi, ia harus memastikan bahwa dia mengawasi operasi moooring yang aman dan melaksanakan perintah Nakhoda dengan baik. Kecuali dalam situasi kritis, jika pada ondisi biasa saja suvervisor ini ikut bekerja malah akan menambah resiko kecelakaan karena mereka bertugas dan bertanggung jawab atas pengawasan kru.
  • Kru yang tidak berpengalaman seperti kadet dan kru baru harus di bawah pengawasan untuk menangani tali. Kadet dan trainee OS berada di atas kapal untuk mengambil keterampilan yang diperlukan dan seharusnya tidak disarankan mereka menjadi bagian dari tim yang benar-benar memahami aspek keselamatan saat mooring. Jika dibutuhkan untuk melakukan begitu untuk sekali-kali, hal itu harus dilakukan dengan kewaspadaan ketat yang dapat diawasi.
  • Hanya kru yang dibutuhkan yang harus hadir di stasiun mooring. Sudah sering terlihat bahwa orang-orang yang tidak terlibat dalam operasi tersebut (awak mesin atau orang yang datang di dek) mengunjungi area operasi mooring tsb. Dengan demikian, pemberitahuan harus ditempatkan untuk entri terbatas. Dengan adanya wire dan tali pada saat bersamaan, obrolan di VHF untuk menyampaikan komando harus memerlukan ruang kerja lapang yang bebas dari personil yang tidak diperlukan, untuk keselamatan operasi ini dan juga kru.
  • Jumlah personil dek yang hadir di mooring station harus cukup untuk melakukan operasi dengan lancar. Kekurangan orang selama mooring adalah masalah besar karena pekerjaan meningkat secara eksponensial pada beberapa kru yang hadir. Ini adalah operasi yang membutuhkan kekuatan fisik juga, oleh karena itu sebaiknya harus memiliki orang yang memadai untuk melaksanakannya
Kita harus ingat sebelum memulai operasi mooring ini agar memiliki semua tali yang diperlukan yang siap dioperasikan di dek. Winch harus diperiksa terlebih dahulu untuk kelancaran operasi dan setiap lilitan harus diperbaiki. Dek harus diperiksa agar bebas dari barang-barang yang tidak perlu dan barang-barang semacam itu harus disimpan dengan baik. Sangat penting untuk diingat bahwa dalam cuaca dingin, ada kemungkinan tergelincir akibat akumulasi es maka kewaspadaan yang sangat ketat harus diikutsertakan dalam kasus tersebut.

Ingat, lilitan tidak selalu terlihat seperti kumparan atau lingkaran. Keselamatan hidup di kapal harus menjadi prioritas utama dari semua operasi yang akan dilakukan. Hidup itu berharga, selalu pikirkan Keselamatan yang Pertama / Safety First.
Read More

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS